Postingan

Menampilkan postingan dari 2024
Saya kira, nggak akan ada yang baca. Tetapi angka statistik terus bertambah.  Siapa pun kamu, terima kasih sudah membaca :) 

I think, I should write again?

Aku pernah baca kalau salah satu terapi anxiety atau kecemasan (salah satu gejalanya adalah overthinking), yaitu menulis.  Benar, karena kamu bisa menguraikan apa kekhawatiranmu, lalu bisa juga memikirkan bagaimana solusinya. Setelah itu, kamu bisa lebih tenang.  Aku nggak bisa tidur. Mungkin, dalam pikiranku aku sadar, sebentar lagi hari senin, hari di mana aku harus masuk kerja. Bahkan sudah ada notifikasi: diharap datang tepat waktu pukul 07.20 karena ada meeting.  Kata "meeting" di sini agak bikin trauma, karena kalau sudah ada pemberitahuan seperti itu, artinya, rapat dihadiri seluruh karyawan, seluruh divisi, dan bapak direktur memimpin rapat tersebut. Lalu, kenapa takut? Karena kalau ada rapat besar seperti itu, biasanya... akan di-pinpoint di mana saja letak kesalahanmu dan kenapa kamu melakukan kesalahan itu.  Harusnya aku tenang, karena sepertinya divisiku tidak melakukan kesalahan yang.. fatal. Tapi gak tahu, tetap saja, ada rasa khawatir.  Lalu, apa lagi?  Aku pad

Ambruk

Hasil dari cuaca yang nggak menentu: siang panas, malan hujan. Kata bapak, ada sedikit stres juga makanya jadi gampang sakit.  Kalau sudah sakit begini, baru kerasa nikmatnya sehat...

Cerita sedikiiit soalnya lagi pengen cerita :D

Semua pertemuan, yang kemudian dijauhkan, ternyata itu adalah bentuk perlindungan dari Allah.  Bertahun-tahun melewati hidup, baru bisa menyadari hal ini sekarang.  Aku mau cerita ini, soalnya...hehe... habis nangis lagi.  Kecewanya masih ada, tapi gapapa! Waktu smp, aku punya teman dekat yang sefrekuensi. Kami sama sama suka membaca dan menulis fiksi. Ada satu momen yang paling aku ingat, di mana saat jam kosong, kami duduk berhadapan, saling bertukar cerita novel yang kami baca, dengan judul berbeda tapi penulis yang sama. Sebuah tetralogi yang kalau dibaca acak, tidak urut pun, pembaca masih bisa menikmatinya. Dialah, Ilana Tan, yang bahkan sampai sekarang masih anonim, tidak diketahui seperti apa penulisnya usianya berapa, apa jenis kelaminnya.  Aku ingat dia pernah menjuarai lomba menulis tingkat jawa tengah, bahkan dia juga menulis novelnya sendiri, walau nggak selesai. Sudah tentu aku kagum! Dan temanku ini sangat pintar dalam pelajaran; juga lebih bisa bersosialiasi, tidak sepe

:>

Orang baik dan tulus ikhlas itu tidak terbatas pada suku apa dia hidup, agama apa yang ia jalani, warna kulit apa yang dia miliki...  Begitu pula dengan orang yang buruk...  Dan kamu tahu, setiap orang memiliki sisi baik dan sisi buruknya masibg-masing.  Tapi, bukan tugas kita untuk memetakan itu lalu kemudian menilainya.  Tugas kita adalah untuk berbuat baik, kepada siapa saja.  Mudah?  Tidak....  Karena sering kali, ketika ada hal yang membuat kita kecewa karena orang lain, kita jadi nggak bisa berbuat baik kepada orang itu juga.  Jadilah orang yang tulus;  Karena jika kita berbuat baik, maka kita juga akan mendapatkan balasan kebaikan pula.  :))))  Untuk diriku,  Jadilah orang yang tulus. 

Hehe

Sepanjang 45 menit perjalanan ke kantor, aku merenung. (Naik mototr mode auto pilot hahaha)  Ada hari-hari di mana aku bisa mengatasi semuanya, aku bisa menghadapi semua dengan kepala dingin dan hati yang tenang.  Namun ada pula hari-hari di mana aku kacau dan tidak bisa mengatasi semua itu dengan tenang.  Itu wajar, apalagi perempuan yang baperan. Apalagi kalau mendekati hari haid.  Tapi gapapa.  Mungkin memang aku kurang melibatkan Allah dalam kehidupanku, jadi aku mudah terbawa emosi.  Untuk diriku sendiri: sesibuk-sibuknya kegiatanmu, jangan lupa dzikrullah. Luruskan niat, lillahita'ala. Maka hatimu akan tenang. Dan jika hati tenang, kamu bisa melewati semuanya dengan baik.  Alhamdulillah,  Semangat, nan!

Mental breakdown

Biasanya, aku akan perlahan membaik kalau aku memvalidasi perasaanku sendiri.  TRIGGER WARNING: POSTINGAN MENGANDUNG KATA-KATA KASAR.  Selama ini mungkin aku terjebak dalam.toxic positivity yang aku ciptakan sendiri.  Kenapa?  Karena kalau lagi capek, aku menekan diriku sendiri: masih banyak orang yang jauh lebih menderita dari aku, aku gini aja kok ngeluh sih? Gini aja kok nangis?  Bodoh, ya.  Padahal nggak ada orang luar yang membanding-bandingkan kamu, nan. Kamu membuat penyakitmu sendiri.  Nggak apa-apa kalau capek. Nggak apa-apa.... sekecil apa pun itu, yang namanya capek, ya capek.  Jadi, kamu kenapa, nan?  Aku sendiri juga ga tahu. Aku cuma capek disepelekan. Klien Jepang nih, makin nggak tahu diri. Kayak setan. Soalnya siswa disuruh berangkat pas hari raya. Kalau siswa berangkat tandanya apa? Ya kita ini kudu kerja, memantau siswa dan laporan ke Jepang. Hari H Loh. Hari haaaaaaa ya Allah tulungggg iki menungso ora nduwe ati. Padahal kita udah pengumuman dari jauh-jauh hari kalo

Jika kamu merasa hidupmu tidak bahagia

Jika kamu merasa tidak bahagia dengan hidupmu, lihatlah bahwa ada seseorang yang merasa bahagia bahwa kamu ada. 

Jadi, mau cerita apa?

*udah lupa* Wkwkwkwkwkwk  Hari hari di tempat kerja feels like a 💩 tapi, yaudah gapapa. I'm okay now. Rasa sebel greget dan kesalnya udah hilang. Hehehehe Anyway, cerita yang lain aja, deh.  Ini random aja sih, tapi tiba tiba kepikiran.  What is your love language?  Mine is, word of affirmation.  Jadi kalo saya udah kelihatan memuji, wah kamunkeren, wah kamu begini wah kamu begitu, kemudian memberikan kata-kata semangat, it's a part of my love.  Dulu pernah ngetes secara online, mungkin hasilnya memang tidak seratus persen akurat, tapi juga lumayan lah, hasilnya sesuai dan bikin mikir: iya juga, ya. Dan dari lima bahasa cinta, yang paling besar adalah words of affirmation. Yang paling sedikit adalah physical touch.  My dad's love language is giving gifts.  My mother's love language is act of service, or, maybe same as me, words of affirmation.  And then I realised... pantesan aku kayak klop banget sama ibuk, soalnya yang bisa recharge diriku, yang bisa menyembuhkan luk

Aku mau cerita, tapi nanti

 Soalnya kalo gak cerita kayaknya bisa jadi gila wkwkwkwkkw aku harus menumpahkan semua emosiku di sini Nanti.  Soalnya sekarang masih kerja

Tapi akhirnya, aku berangkat ke kantor.

 Aneh sekali, kadang, dari rumah moodnya bagus, begitu sampai kantor, hancur semua karena pagi pagi udah ada perkara   Kadang, dari rumah terasa buruuuk sekali, tapi begitu sampai kantor, it's not really that bad.  Aneh. 

Alhamdulillah, lumayan lega.

Harusnya dari kemarin aku memvalidasi diriku sendiri seperti ini ^^;  Wahai diriku sendiri di masa lalu, tumbuh dewasa ternyata semelelahkan ini.  Tapi gapapa! :D  Gak harus kuat, karena aku tahu kamu itu lemah. Kadang aku rindu diriku di masa lalu yang penuh semangat. Ada banyak hal yang membuat senyummu hilang, tapi juga ada banyak alasan yang membuat kamu bangga dengan dirimu sendiri.  Kamu sudah sejauh ini melangkah. Teruslah bertahan.  Terima kasih, diriku sendiri, karena sudah mau mengakui hal-hal yang kamu rasakan dan tidak memendamnya.  Terima kasih, diriku sendiri. Please love yourself more. 

Maaf, lagi lagi aku mengeluh.

Aku tahu kalau menulis adalah salah satu hal yang bisa membuatku tenang, karena aku bisa memvalidasi diriku sendiri.  Aku nggak akan lagi menklak, aku nggak akan lagi denial, aku akan menerima diriku sendiri bahwa aku telah terbebani secara mental.  Aku lelah bekerja. Bukan karena jam kerjanya, tetapi karena tekanan kerjanya.  Tekanan kerja bukan dari atasan, tapi dari klien paling besar di perusahaan. Klien kami orang jepang. Dan asal kalian tahu, bekerja dengan mereka itu benar-benar melelahkan mental.  Dan bentuk tekanan yang aku terima adalah kayak anak kecil yang lagi dimarahin mama atau ibu gurunya, dengan perkataan semacam ini: Kan udah pernah dibilangin, bahkan berkali-kali, masak gak.ngerti sih? Masak saya harus mengulangi bicara hal yang sama setiap kali?  Ya intinya seperti itu, tapi mereka sebenarnya bucara panjang lebar, mengulangi perkataan, dan menekan kami.  Mereka juga meminta alasan kenapa saya bisa melakukan kesalahan seperti itu, berulang.  Padahal kalau bekerja, ad

Singkat aja soalnya lagi di kantor

Sepertinya doaku semoga di mana pun aku berada, aku selalu dikelilingi oleh orang orang baik dan selalu berada di lingkungan yang baik  Doaku ini tidak tiba tiba saja aku berdoa demikian, tapi karena sudah mengalami beberapa hal yang bikin trauma.  Dan untuk semua hal hal baik yang aku dapatkan, walaupun kudapatkan dengan menunggu lama dan penuh kesabaran, tapi doaku terkabul: aku ada di lingkungan yang baik, dengan orang orang yang baik.  Alhamdulillah... **** Tambahan, nulis singkat lagi pas istirahat heheh Tentang hati manusia yang rapuh dan mudah merasa sakit dan sedih, waktu memang bisa menyembuhkan, dan mulai bisa menerima keadaan, berusaha "yaudahlahya";  Tapi, aku tidak permah lupa.  Aku gak pernah lupa siapa yang ngebully fisik aku waktu sd, aku gak pernah lupa siapa "teman" yang melanggar privasiku saat aku smp dan semua teman yang memperolokku mengenai kedekatanku dengan seseorang, aku tidak pernah lupa.  Tapi kalau dipikir pikir juga,  Jangan-jangan, aku

Talking with strangers is actually fun

Ngobrol sama oramg asing (both literally or not), maksudnya orang kewarganegaraan asing, atau juga dengan orang asing dalam artian orang yang tidak kita kenal, itu sebenarnya menyenangkan. Ada sisi menyenangkannya.  I'm an I, which is introvert, and I'm 90% i trovert, tapi bukan berarti aku nggak suka interaksi dengan orang. Aku sebenarnya suka. Tapi dengan kondisi tertentu, hehehe.  Jadi flashback, waktu SMA kan pulang pergi masih naik bus, masih naik kendaraan umum. Jadi memang sedikit banyak saya ketemu dan ngobrol dengan orang asing, and it was fun Dan ketika aku melihat kembali, mungkin, itu juga salah satu obatku, obat dari semua rasa lelah yang ada.  Karena dengan mengobrol dengan seseorang, point of view kita nih jadi terbuka luas. Kita jadi bisa memandang suatu hal dari sudut pandang orang lain. Kita jadi bisa melihat banyak hal, dan juga mematahkan stereotip yang ada.  Sepuluh tahun lalu juga aku suka pakai aplikasi chatting dengan orang asing. Waktu itu letemu sama o

Another little story cause I need to capture this moment

Nggak ada fotonya, soalnha lagi santai santai di rumah, ibuk juga ga pakai kerudung, jadi yaa capturing the moment lewat cerita aja :D  Di kala sulit ketika bapak lagi sakit, ternyata ada sepetik hikmah yang aku dapatkan. I'm getting closer to my father.  Dulu nggak terlalu dekat sama bapak. Walaupun tiap hari diantar sekolah, tapi nggak banyak hal yang dibicarakan. Kalau jalan-jalan ke siwarak juga sama, aku lebih banyak menghabiskan waktu sama kakak daripada sama bapak.  Waktu lulus kuliah, ya paling ngobrol sesekali, tentang bola, apalagi soal psis. Kita nonton bareng, tapi ya diem aja. Bapak fokus nonton tv, aku sesekali nonton, sesekali lihat hp. Perhatianku teralih ketika ngeh kalo di psis ada pemain jepang, namanya taisei marukawa. Bahkan waktu nonton bola lewat tv, yang aku lihat ya punggungnya bapak, kita nggak duduk sebelahan.  Setelah bapak sakit,  Dulu aku tiap hari ke rumah sakit. (Waktu di rumah sakit, bapak kalau ditengok sama kakak pasti nangis--karena jarang ketemu

Me and my sister

Kakakku anak pertama, perempuan. Dia keras kepala, pendiriannya kuat. Kalau ya harus ya, nggak bisa enggak. Maunya A ya harus A. Titik, gak ada koma. Gara-gara itu, bapak dan ibu benar-benar having a hard times raising my sister.  Semakin besar usahanya, kesulitannya, rasa sayangnya juga (mungkin) semakin besar.  Aku sudah melewati tahap-tahap iri dengan kakak, sudah nggak apa-apa.  Kalau dibandingkan dengan kakak, aku lebih "yaudah, gapapa" "yaudah, seadanya", nggak terlalu idealis kayak kakak. Makanya, di dalam banyak hal, aku malah justru yang lebih sering mengalah.  Biar begitu, rejekinya kakak luar biasa. (Sebanding dengan ujiannya, tentu saja)  Aku habis ngelihatin foto waktu pernikahan kakak, hmm wuaw dibilang mewah ya ndak mewah kayak pernikahan putri bos asian air, tapi ya kalo dibilang sederhana juga enggak.  Iki mul bar nduwe gawe utang piro? Tanya kakaknya ibuku yang pertama. Alhamdulillah gak sampai hutang, tapinkalau dilihat, hahaha aku mana bisa nabun

It's okay

Gambar
My sister is the best sister I have. (Iya, soalnya cuma satu wkwkwkw) Ada masa kekosongan antara aku dan kakakku, ada masa di mana aku merasa seperti anak tunggal.  Aku jadi sering berandai-andai,  Andai kakakku nggak kena santet, masa masa remaja-dewasa awalku bahagia nggak ya?  Karena itu masa-masa di mana (kalau kakakku nggak sakit), dia jadi orang yang kuandalkan selain orang tuaku. Dia jadi sahabatku. Sahabatku ya kakakku, seharusnya. Tapi nggak bisa, karena dia kena gangguan mistis.  Masa-masa kelam yang sungguh berat, alhamdulillah terlewati.  Sayangnya aku nggak punya banyak memori manis masa remaja akhir, tapi ya gapapa. Karena masalah kakakku, aku jadi tersadar akan banyak hal, jadi belajar banyak hal. Dan jadi lebih mandiri dari sebelumnya, nggak sepenuhnya jadi anak bungsu yang manja. (Walaupun sekarang masih manja sih.. tapi.. ya begitulah)  2018 pengobatan kakakku,  2019 kakakku menikah dan alhamdulillah dia punya anak, anaknya adalah sumber kebahagiaannya, jadi walaupun

Tentang duka dan kesedihan

Waktu bapak jatuh sakit, lalu kemudian dirawat di ruang intensif (HCU) selama kurang lebih dua minggu...  Banyak dari teman-teman bapak dan ibu datang membesuk, menengok bapak.  Ibu dan aku senang, ada banyak orang yang peduli dan memberika dukungan semampunya,  Tapi ada momen ketika... dukungan yang menguatkanku itu, bukan berupa ucapan yang kuat, ya... yang sabar, ya...  (Saya cukup berterima kasih dengan itu, tapi setiap kali saya mendengarnya, saya menangis.)  Dukungan yang paling menguatkanku adalah companion.  I'm here for my mother, and my mother is here with me.  Dan juga getta, temanku yang memgalihkan kesedihanku dengan obrolannya yang ceria. Dengan tingkah lakunya yang seperti biasa, yang tidak memberikan rasa kasihan seperti yang orang lain berikan.  Dan juga ailsa, yang rela menerjemahkan jurnal jurnal ilmiah menjadi hal yang mudah dimengerti oleh orang awam sepertiku. Yang bahkan, dia ini merasa... yang sakit bapakku, tapi yang lebih khawatir malah dia. Yang lebih sen

To my parents

Gambar
  Badai akan datang, tapi tenang, jangan khawatir... kalian bisa melewatinya dengan baik.  Terima kasih sudah saling mencintai, Terima kasih sudah melahirkan kami berdua.  Terima kasih atas semua perjuangan dan kasih sayang yang kalian berikan.  Saya sangat senang dan sangat beruntung memiliki orang tua seperti kalian. 

A little scribble cause im actually at work now

Jadi ceritanya... hari ini iseng ngebales story salah satu teman di IG.  Lalu aku tersadar bagaimana anehnya manusia dan hubungan antar manusia  Ada yang udah lama gak ngobrol, begitu ketemu lagi dan ngobrol, rasanya kayak semua jarak dan waktu yang memisahkan itu nggak pernah ada.  Ada pula yang dulunya dekeeeet banget, begitu ketemu lagi setelah berpisah sekian lama, rasanya kayak orang asing yang belum pernah bertemu sebelumnya.  Aneh tapi nyata. 

Bersyukur

Beberapa hari lalu, ketika kerjaan lagi banyak-banyaknya, ketika masalah dalam pekerjaan terus berdatangan, ketika pikiran sedang overwhelmed dan rasanya kayak hampir meledak...  Semua terasa negatif, rasanya kayak nggak punya harapan.  Tapi, Weekend ini aku pulang ke rumah, ketemu sama ibu dan bapak, ngobrol banyak hal.  My dad, is so soft hearted, and so sincere.  My mom, she's so bright like a sun--and is effortlessly funny. And is like a cure to a heartbroken like me.  Seeing them smile, make me smile.  And thus, what else that i need?  Having them as my parents, I really feel... so blessfull.  Aku terlalu sibuk bekerja, terlalu sibuk melihat dan mendengarkan standar orang lain, terlalu sibuk dengan apa yang tidak aku miliki, sampai lupa bahwa... ada banyak hal yang bisa disyukuri.  Kepada diriku,  Kepada diriku yang suka lalai,  Lain kali jika kamu merasa sedih, atau merasa sangat terbebani dengan dunia ini hingga kamu tidak merasakan nikmat sedikitpun, Tanyakanlah pada dirimu

One little story because suddenly I think of it

Waktu kecil, entah kelas dua atau tiga esde, aku ada PR bahasa Indonesia, disuruh membuat contoh kalimat. Tahu tidak apa yang aku tulis?  Menjadi orang yang pemaaf itu tidak baik.  I know, I know, pasti orang normal akan bingung and you would be like: ???????  Excuse me, kid?????  Termasuk bapakku. Waktu itu bapakku ketawa, beliau heran. Lalu bapak berkata, "Lhooo jadi pemaaf itu baik, kamu itu gimana sih?"  Aku waktu itu pun bingung, salahku apa?  (Hahahahaha dont get me wrong, let me explain this)  Kalian ingat sinetron bajar bajuri? Salah satu tokohnya, terlalu banyak bilang maaf.  "Aduh, maaf, bu, bukannya saya begini, tapi, maaf bu, lalalalalalala." Like, buk, kebanyakan minta maaf sampe yang dengerin jadi kesel.  Jadi dulu, maksudku "pemaaf" itu bukan orang yang mudah mengikhlaskan kesalahan orang lain kepadamu lalu memaafkannya, tapi--orang yang kebanyakan ngomong kata "maaf".  Yaudah sih gitu aja

Nggak apa-apa.

Sebenarnya banyaaaaak banget hal yang terjadi. Sebenarnya, aku juga ingin cerita. Tapi sepertinya memang semua yang ingin kuceritakan, nggak bisa semuanya terlukiskan melalui kata-kata. Aku akan bercerita tanpa konteks, jadi mungkin kamu tidak akan mengerti, karena, sulit untuk diceritakan. Mungkin, hanya wanita yang bisa merasakannya, karena kami ini perasa... Tentang validasi rasa; seberapa pentingkah itu?  Pagi ini, aku dikejutkan dengan air mata teman kerjaku yang aku lihat. Dia nggak permah nangis, selama aku mengenalnya setahun belakangan ini. Aku nangis soalnya aku seneng ada yang peduli tentang apa yang terjadi sama aku dan isna.  Yang seringkali terjadi adalah, apa yang kita rasakan serius, dianggap remeh oleh orang lain. Dan orang lain, kadang tidak merasa kalau yang diucapkannya, itu telah menyakiti pihak lainnya.  I dont know what to say anymore...  Tapi aku ingin menyimpulkan sesuatu dan menyampaikan sesuatu pada diriku sendiri:  Tetaplah jadi baik.  Aku ingin kembali meng

Overwhelmed.

 진짜 멀미 나는 만큼 일이 너무 많아........