Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2024

Hehe

Sepanjang 45 menit perjalanan ke kantor, aku merenung. (Naik mototr mode auto pilot hahaha)  Ada hari-hari di mana aku bisa mengatasi semuanya, aku bisa menghadapi semua dengan kepala dingin dan hati yang tenang.  Namun ada pula hari-hari di mana aku kacau dan tidak bisa mengatasi semua itu dengan tenang.  Itu wajar, apalagi perempuan yang baperan. Apalagi kalau mendekati hari haid.  Tapi gapapa.  Mungkin memang aku kurang melibatkan Allah dalam kehidupanku, jadi aku mudah terbawa emosi.  Untuk diriku sendiri: sesibuk-sibuknya kegiatanmu, jangan lupa dzikrullah. Luruskan niat, lillahita'ala. Maka hatimu akan tenang. Dan jika hati tenang, kamu bisa melewati semuanya dengan baik.  Alhamdulillah,  Semangat, nan!

Mental breakdown

Biasanya, aku akan perlahan membaik kalau aku memvalidasi perasaanku sendiri.  TRIGGER WARNING: POSTINGAN MENGANDUNG KATA-KATA KASAR.  Selama ini mungkin aku terjebak dalam.toxic positivity yang aku ciptakan sendiri.  Kenapa?  Karena kalau lagi capek, aku menekan diriku sendiri: masih banyak orang yang jauh lebih menderita dari aku, aku gini aja kok ngeluh sih? Gini aja kok nangis?  Bodoh, ya.  Padahal nggak ada orang luar yang membanding-bandingkan kamu, nan. Kamu membuat penyakitmu sendiri.  Nggak apa-apa kalau capek. Nggak apa-apa.... sekecil apa pun itu, yang namanya capek, ya capek.  Jadi, kamu kenapa, nan?  Aku sendiri juga ga tahu. Aku cuma capek disepelekan. Klien Jepang nih, makin nggak tahu diri. Kayak setan. Soalnya siswa disuruh berangkat pas hari raya. Kalau siswa berangkat tandanya apa? Ya kita ini kudu kerja, memantau siswa dan laporan ke Jepang. Hari H Loh. Hari haaaaaaa ya Allah tulungggg iki menungso ora nduwe ati. Padahal kita udah pengumuman dari jauh-jauh hari kalo

Jika kamu merasa hidupmu tidak bahagia

Jika kamu merasa tidak bahagia dengan hidupmu, lihatlah bahwa ada seseorang yang merasa bahagia bahwa kamu ada. 

Jadi, mau cerita apa?

*udah lupa* Wkwkwkwkwkwk  Hari hari di tempat kerja feels like a 💩 tapi, yaudah gapapa. I'm okay now. Rasa sebel greget dan kesalnya udah hilang. Hehehehe Anyway, cerita yang lain aja, deh.  Ini random aja sih, tapi tiba tiba kepikiran.  What is your love language?  Mine is, word of affirmation.  Jadi kalo saya udah kelihatan memuji, wah kamunkeren, wah kamu begini wah kamu begitu, kemudian memberikan kata-kata semangat, it's a part of my love.  Dulu pernah ngetes secara online, mungkin hasilnya memang tidak seratus persen akurat, tapi juga lumayan lah, hasilnya sesuai dan bikin mikir: iya juga, ya. Dan dari lima bahasa cinta, yang paling besar adalah words of affirmation. Yang paling sedikit adalah physical touch.  My dad's love language is giving gifts.  My mother's love language is act of service, or, maybe same as me, words of affirmation.  And then I realised... pantesan aku kayak klop banget sama ibuk, soalnya yang bisa recharge diriku, yang bisa menyembuhkan luk

Aku mau cerita, tapi nanti

 Soalnya kalo gak cerita kayaknya bisa jadi gila wkwkwkwkkw aku harus menumpahkan semua emosiku di sini Nanti.  Soalnya sekarang masih kerja