Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2024

Tapi akhirnya, aku berangkat ke kantor.

 Aneh sekali, kadang, dari rumah moodnya bagus, begitu sampai kantor, hancur semua karena pagi pagi udah ada perkara   Kadang, dari rumah terasa buruuuk sekali, tapi begitu sampai kantor, it's not really that bad.  Aneh. 

Alhamdulillah, lumayan lega.

Harusnya dari kemarin aku memvalidasi diriku sendiri seperti ini ^^;  Wahai diriku sendiri di masa lalu, tumbuh dewasa ternyata semelelahkan ini.  Tapi gapapa! :D  Gak harus kuat, karena aku tahu kamu itu lemah. Kadang aku rindu diriku di masa lalu yang penuh semangat. Ada banyak hal yang membuat senyummu hilang, tapi juga ada banyak alasan yang membuat kamu bangga dengan dirimu sendiri.  Kamu sudah sejauh ini melangkah. Teruslah bertahan.  Terima kasih, diriku sendiri, karena sudah mau mengakui hal-hal yang kamu rasakan dan tidak memendamnya.  Terima kasih, diriku sendiri. Please love yourself more. 

Maaf, lagi lagi aku mengeluh.

Aku tahu kalau menulis adalah salah satu hal yang bisa membuatku tenang, karena aku bisa memvalidasi diriku sendiri.  Aku nggak akan lagi menklak, aku nggak akan lagi denial, aku akan menerima diriku sendiri bahwa aku telah terbebani secara mental.  Aku lelah bekerja. Bukan karena jam kerjanya, tetapi karena tekanan kerjanya.  Tekanan kerja bukan dari atasan, tapi dari klien paling besar di perusahaan. Klien kami orang jepang. Dan asal kalian tahu, bekerja dengan mereka itu benar-benar melelahkan mental.  Dan bentuk tekanan yang aku terima adalah kayak anak kecil yang lagi dimarahin mama atau ibu gurunya, dengan perkataan semacam ini: Kan udah pernah dibilangin, bahkan berkali-kali, masak gak.ngerti sih? Masak saya harus mengulangi bicara hal yang sama setiap kali?  Ya intinya seperti itu, tapi mereka sebenarnya bucara panjang lebar, mengulangi perkataan, dan menekan kami.  Mereka juga meminta alasan kenapa saya bisa melakukan kesalahan seperti itu, berulang.  Padahal kalau bekerja, ad

Singkat aja soalnya lagi di kantor

Sepertinya doaku semoga di mana pun aku berada, aku selalu dikelilingi oleh orang orang baik dan selalu berada di lingkungan yang baik  Doaku ini tidak tiba tiba saja aku berdoa demikian, tapi karena sudah mengalami beberapa hal yang bikin trauma.  Dan untuk semua hal hal baik yang aku dapatkan, walaupun kudapatkan dengan menunggu lama dan penuh kesabaran, tapi doaku terkabul: aku ada di lingkungan yang baik, dengan orang orang yang baik.  Alhamdulillah... **** Tambahan, nulis singkat lagi pas istirahat heheh Tentang hati manusia yang rapuh dan mudah merasa sakit dan sedih, waktu memang bisa menyembuhkan, dan mulai bisa menerima keadaan, berusaha "yaudahlahya";  Tapi, aku tidak permah lupa.  Aku gak pernah lupa siapa yang ngebully fisik aku waktu sd, aku gak pernah lupa siapa "teman" yang melanggar privasiku saat aku smp dan semua teman yang memperolokku mengenai kedekatanku dengan seseorang, aku tidak pernah lupa.  Tapi kalau dipikir pikir juga,  Jangan-jangan, aku

Talking with strangers is actually fun

Ngobrol sama oramg asing (both literally or not), maksudnya orang kewarganegaraan asing, atau juga dengan orang asing dalam artian orang yang tidak kita kenal, itu sebenarnya menyenangkan. Ada sisi menyenangkannya.  I'm an I, which is introvert, and I'm 90% i trovert, tapi bukan berarti aku nggak suka interaksi dengan orang. Aku sebenarnya suka. Tapi dengan kondisi tertentu, hehehe.  Jadi flashback, waktu SMA kan pulang pergi masih naik bus, masih naik kendaraan umum. Jadi memang sedikit banyak saya ketemu dan ngobrol dengan orang asing, and it was fun Dan ketika aku melihat kembali, mungkin, itu juga salah satu obatku, obat dari semua rasa lelah yang ada.  Karena dengan mengobrol dengan seseorang, point of view kita nih jadi terbuka luas. Kita jadi bisa memandang suatu hal dari sudut pandang orang lain. Kita jadi bisa melihat banyak hal, dan juga mematahkan stereotip yang ada.  Sepuluh tahun lalu juga aku suka pakai aplikasi chatting dengan orang asing. Waktu itu letemu sama o

Another little story cause I need to capture this moment

Nggak ada fotonya, soalnha lagi santai santai di rumah, ibuk juga ga pakai kerudung, jadi yaa capturing the moment lewat cerita aja :D  Di kala sulit ketika bapak lagi sakit, ternyata ada sepetik hikmah yang aku dapatkan. I'm getting closer to my father.  Dulu nggak terlalu dekat sama bapak. Walaupun tiap hari diantar sekolah, tapi nggak banyak hal yang dibicarakan. Kalau jalan-jalan ke siwarak juga sama, aku lebih banyak menghabiskan waktu sama kakak daripada sama bapak.  Waktu lulus kuliah, ya paling ngobrol sesekali, tentang bola, apalagi soal psis. Kita nonton bareng, tapi ya diem aja. Bapak fokus nonton tv, aku sesekali nonton, sesekali lihat hp. Perhatianku teralih ketika ngeh kalo di psis ada pemain jepang, namanya taisei marukawa. Bahkan waktu nonton bola lewat tv, yang aku lihat ya punggungnya bapak, kita nggak duduk sebelahan.  Setelah bapak sakit,  Dulu aku tiap hari ke rumah sakit. (Waktu di rumah sakit, bapak kalau ditengok sama kakak pasti nangis--karena jarang ketemu

Me and my sister

Kakakku anak pertama, perempuan. Dia keras kepala, pendiriannya kuat. Kalau ya harus ya, nggak bisa enggak. Maunya A ya harus A. Titik, gak ada koma. Gara-gara itu, bapak dan ibu benar-benar having a hard times raising my sister.  Semakin besar usahanya, kesulitannya, rasa sayangnya juga (mungkin) semakin besar.  Aku sudah melewati tahap-tahap iri dengan kakak, sudah nggak apa-apa.  Kalau dibandingkan dengan kakak, aku lebih "yaudah, gapapa" "yaudah, seadanya", nggak terlalu idealis kayak kakak. Makanya, di dalam banyak hal, aku malah justru yang lebih sering mengalah.  Biar begitu, rejekinya kakak luar biasa. (Sebanding dengan ujiannya, tentu saja)  Aku habis ngelihatin foto waktu pernikahan kakak, hmm wuaw dibilang mewah ya ndak mewah kayak pernikahan putri bos asian air, tapi ya kalo dibilang sederhana juga enggak.  Iki mul bar nduwe gawe utang piro? Tanya kakaknya ibuku yang pertama. Alhamdulillah gak sampai hutang, tapinkalau dilihat, hahaha aku mana bisa nabun

It's okay

Gambar
My sister is the best sister I have. (Iya, soalnya cuma satu wkwkwkw) Ada masa kekosongan antara aku dan kakakku, ada masa di mana aku merasa seperti anak tunggal.  Aku jadi sering berandai-andai,  Andai kakakku nggak kena santet, masa masa remaja-dewasa awalku bahagia nggak ya?  Karena itu masa-masa di mana (kalau kakakku nggak sakit), dia jadi orang yang kuandalkan selain orang tuaku. Dia jadi sahabatku. Sahabatku ya kakakku, seharusnya. Tapi nggak bisa, karena dia kena gangguan mistis.  Masa-masa kelam yang sungguh berat, alhamdulillah terlewati.  Sayangnya aku nggak punya banyak memori manis masa remaja akhir, tapi ya gapapa. Karena masalah kakakku, aku jadi tersadar akan banyak hal, jadi belajar banyak hal. Dan jadi lebih mandiri dari sebelumnya, nggak sepenuhnya jadi anak bungsu yang manja. (Walaupun sekarang masih manja sih.. tapi.. ya begitulah)  2018 pengobatan kakakku,  2019 kakakku menikah dan alhamdulillah dia punya anak, anaknya adalah sumber kebahagiaannya, jadi walaupun

Tentang duka dan kesedihan

Waktu bapak jatuh sakit, lalu kemudian dirawat di ruang intensif (HCU) selama kurang lebih dua minggu...  Banyak dari teman-teman bapak dan ibu datang membesuk, menengok bapak.  Ibu dan aku senang, ada banyak orang yang peduli dan memberika dukungan semampunya,  Tapi ada momen ketika... dukungan yang menguatkanku itu, bukan berupa ucapan yang kuat, ya... yang sabar, ya...  (Saya cukup berterima kasih dengan itu, tapi setiap kali saya mendengarnya, saya menangis.)  Dukungan yang paling menguatkanku adalah companion.  I'm here for my mother, and my mother is here with me.  Dan juga getta, temanku yang memgalihkan kesedihanku dengan obrolannya yang ceria. Dengan tingkah lakunya yang seperti biasa, yang tidak memberikan rasa kasihan seperti yang orang lain berikan.  Dan juga ailsa, yang rela menerjemahkan jurnal jurnal ilmiah menjadi hal yang mudah dimengerti oleh orang awam sepertiku. Yang bahkan, dia ini merasa... yang sakit bapakku, tapi yang lebih khawatir malah dia. Yang lebih sen

To my parents

Gambar
  Badai akan datang, tapi tenang, jangan khawatir... kalian bisa melewatinya dengan baik.  Terima kasih sudah saling mencintai, Terima kasih sudah melahirkan kami berdua.  Terima kasih atas semua perjuangan dan kasih sayang yang kalian berikan.  Saya sangat senang dan sangat beruntung memiliki orang tua seperti kalian.