Tentang duka dan kesedihan

Waktu bapak jatuh sakit, lalu kemudian dirawat di ruang intensif (HCU) selama kurang lebih dua minggu... 

Banyak dari teman-teman bapak dan ibu datang membesuk, menengok bapak. 

Ibu dan aku senang, ada banyak orang yang peduli dan memberika dukungan semampunya, 

Tapi ada momen ketika... dukungan yang menguatkanku itu, bukan berupa ucapan yang kuat, ya... yang sabar, ya... 


(Saya cukup berterima kasih dengan itu, tapi setiap kali saya mendengarnya, saya menangis.) 


Dukungan yang paling menguatkanku adalah companion. 


I'm here for my mother, and my mother is here with me. 

Dan juga getta, temanku yang memgalihkan kesedihanku dengan obrolannya yang ceria. Dengan tingkah lakunya yang seperti biasa, yang tidak memberikan rasa kasihan seperti yang orang lain berikan. 


Dan juga ailsa, yang rela menerjemahkan jurnal jurnal ilmiah menjadi hal yang mudah dimengerti oleh orang awam sepertiku. Yang bahkan, dia ini merasa... yang sakit bapakku, tapi yang lebih khawatir malah dia. Yang lebih senang dengan kesembuhan bapak, juga dia. 



Maka aku tersadar akan sesuatu:
Ketika seseorang sedang bersedih, temani dia, berikan dia kenyamanan, perlakukan dia seperti biasanya. 


Dan yang bisa melakukannya adalah orang terdekatnya. 

Karena orang terdekat itu pasti tahu, bagaimana cara membuatnya nyaman, bagaimana cara mendukungnya tanpa membuat dia merasa terbebani. 


Terima kasih, getta... 
Terima kasih, ailsa...


Alhamdulillah bapakku perlahan mulai membaik :) 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

I think, I should write again?