Another little story cause I need to capture this moment

Nggak ada fotonya, soalnha lagi santai santai di rumah, ibuk juga ga pakai kerudung, jadi yaa capturing the moment lewat cerita aja :D 



Di kala sulit ketika bapak lagi sakit, ternyata ada sepetik hikmah yang aku dapatkan. I'm getting closer to my father. 



Dulu nggak terlalu dekat sama bapak. Walaupun tiap hari diantar sekolah, tapi nggak banyak hal yang dibicarakan. Kalau jalan-jalan ke siwarak juga sama, aku lebih banyak menghabiskan waktu sama kakak daripada sama bapak. 


Waktu lulus kuliah, ya paling ngobrol sesekali, tentang bola, apalagi soal psis. Kita nonton bareng, tapi ya diem aja. Bapak fokus nonton tv, aku sesekali nonton, sesekali lihat hp. Perhatianku teralih ketika ngeh kalo di psis ada pemain jepang, namanya taisei marukawa. Bahkan waktu nonton bola lewat tv, yang aku lihat ya punggungnya bapak, kita nggak duduk sebelahan. 


Setelah bapak sakit, 

Dulu aku tiap hari ke rumah sakit. (Waktu di rumah sakit, bapak kalau ditengok sama kakak pasti nangis--karena jarang ketemu. Tapi kalau sama aku ya biasa aja, katanya karena tiap hari ketemu). (Kata ibuk, anak kesayangannya bapak ya kakakku itu, jadi pas sakit, wahh keluar dah tuh segala emosi, nangissss terus apalagi kalau ingat kakak, kalau ketemu kakak) 
Aku yang datang tiap hari sepulang kerja, nemenin ibuk, yang juga ditemani pakdhe di rumah sakit. 

Di HCU, beliau seneng kalau aku ikut datang. 
Di HCU belum bisa ngomong, jadi mengungkapkannya lewat ah uh ah uh tangisan dan rintihan. 

Lalu ketika akhirnya kembali ke ruang rawat inap biasa, dan perlahan bisa kembali bicara, bapak lebih sering tertawa kalau lihat aku. Pernah ditanya kenapa ketawa, katanya: nanda kayak nunung. 


:))))) mau marah, tapi kok ya bener wkwkwkwkw

Bapak kalau sama kakak, suka bahas hal yang serius, 
Kalau sama aku? Ngelawak mulu. Heran. 

(Bahkan sebelum menginjak usia ini, jaman jaman kuliah, aku udah dikenal receh, alias selera jokesnya recehan, kayak jokes bapak bapak. Menertawakan hal-hal yang menurut teman temanku nggak lucu. Ya soalnya saya tumbuh dengan mendengar jokes bapack bapack).


But yeah, it's like that.
Malam ini jam 9, 
Waktunya tidur. Ibuk pindah ke kamar sebelah karena nggak tahan AC. Aku gantian yang menemani bapak. 


Aku: (diam) 
Bapak: (diam) 
Kita: (saling memandang)
Terus tiba-tiba bapak ketawa, yang ngedengerin heran, ini bapak ngetawain apa sih??? 

(Kebiasaan yang sekarang adalah: ketawa dulu, atau nggak nangis dulu, nggak bisa ketawa sambil cerita kayak orang normal. Pokoknya ketawa aja dulu, kalo ketawanya beres, baru bisa ngomong)

Bapak: nda kowe orak ono seng nyedaki?
?????? 
Aku: halah bapak mesti nek takok ngono. Orak ono!!

Lalu beliau ketawa lagi

Lalu diteruskan dengan cerita pertemuan bapak dan ibu

(Sudah mendengar cerita itu ratuuusan kali sampai bosan, tapi ya herannya, kok tetap lucu???) 😂😂😂


My dad is a very good story teller. Mendengarkannya sangat menyenangkan. Ceritanya menarik untuk didengarkan. 


Ngalor ngidul bahasannya dah kemana-mana, membahas masa lalu (yang juga aku sudah bosan mendengarnya wkwk) 

Tapi ya gapapa, soalnya dari cerita ini aku juga jadi tahu beberapa cerita yang pertama kali aku dengar. 

Dulu, waktu ibu ngelamar kerja di BRI, bapak malah berdoa supaya ibu nggak diterima. Dan ternyata nggak diterima beneran wkwkw 😂
Ibuku protes: wagu ik nda, iso isone didongakke ora ketrima.

😂😂😂


Lalu aku juga baru tahu kalau bapaknya bapak (kakekku) itu ternyata orangnya keras. 

Keras dalam artian, kasar



Ibunya bapak, beberapa kali kena kdrt, ketika kakek marah, nenekku dipukul. Mainnya fisik, sampai hidubgnya berdarah. Bapakku yang lihat itu marah, terus pernah balas pukul ke kakek. Tapi habis itu dimarahin nenek, katanya kalau marah, jangan main tangan. Tangannya bapak diikat pakai kain. (Supaya nggak berantem). 


Bapak dan ibuku hebat. Aku benar-benar nggak bisa berikan apa-apa selain doa, ya Allah ampunilah dosa kedua orang tuaku dan masukkanlah mereka ke jannah tanpa hisab. Ketika aku nggak bisa memberikan mahkota kepada mereka, setidaknya aku ingin memohon demikian. 


Kenapa mereka hebat? 
Karena mereka mampu membesarkanku dengan saaaaangat baik dengan kasih sayang yang luar biasa dan mereka mampu memutus mata rantai trauma mereka. 


Nenekku juga hebat, kesabarannya luar biasa dalam menghadapi kakekku. Dari cerita bapak, aku bisa melihat kalau bapak mirip dengan ibunya. Hatinya yang tulus dan lemah lembut, penyayang. 

Bapak cerita kalau bapak memang dekat dengan ibunya. Nenekku di kampung, ketika belanja atau beli makan di warung, suka memperkenalkan bapak dengan bangga, iki anakku. 


Ya pantes aja bapak kalau ingat ibunya selalu menangis. Aku yang nggak pernah ketemu, hanya mendengar cerita dari bapak aja bisa merasakan kehangatannya. 


Nenekku tersayang, terima kasih sudah membesarkan bapak dengan tulus, sabar, dan dengan kasih sayang dan kehangatanmu. Bapakku tumbuh dewasa jadi orang yang lembut dan penyayang, dan mampu memberikan dan memperlakukan anak-anaknya seperti nenek memperlakukan bapak dengan sangat baik. 


Semoga nenek juga bisa mendapatkan jannah tanpa hisab. 


:))


Terus di tengah tengah cerita, kepotong nganterin bapak ke toilet, terus ibu gabung sama kami berdua. Nanyain tadi habis ngobrol apa aja. 

My mom, 
She's so bright like a sun. 
Dan beliau seolah punya kekuatan untuk menyembuhkan. 
Sabar, tapi kesabarannya setipis tisu wkwkwkwk paham ga sih? 

Kayak apa ya, ya ada sisi di mana ibu itu bisa menerima keadaan dan menjalaninya dengan ikhlas, tapi malah buat hal hal sepele kesabarannya setipis tisu: ngomel kalo rumah berantakan, ngga suka kalau banyak barang ga guna numpuk, suka jengkel sama kejadian yang gak masuk akal menurut ibuk, dll


And more like idgaf-- kalau iya yaudah, enggak yaudah. High level of acceptance.


Bapak dan ibu dua duanya saling menyeimbangkan. Dan dua duanya lucu. 


:)))



Terima kasih, bapak dan ibuk. ❤️

Komentar

Postingan populer dari blog ini

I think, I should write again?