Me and my sister

Kakakku anak pertama, perempuan. Dia keras kepala, pendiriannya kuat. Kalau ya harus ya, nggak bisa enggak. Maunya A ya harus A. Titik, gak ada koma. Gara-gara itu, bapak dan ibu benar-benar having a hard times raising my sister. 


Semakin besar usahanya, kesulitannya, rasa sayangnya juga (mungkin) semakin besar. 


Aku sudah melewati tahap-tahap iri dengan kakak, sudah nggak apa-apa. 


Kalau dibandingkan dengan kakak, aku lebih "yaudah, gapapa" "yaudah, seadanya", nggak terlalu idealis kayak kakak. Makanya, di dalam banyak hal, aku malah justru yang lebih sering mengalah. 


Biar begitu, rejekinya kakak luar biasa. (Sebanding dengan ujiannya, tentu saja) 


Aku habis ngelihatin foto waktu pernikahan kakak, hmm wuaw dibilang mewah ya ndak mewah kayak pernikahan putri bos asian air, tapi ya kalo dibilang sederhana juga enggak. 


Iki mul bar nduwe gawe utang piro? Tanya kakaknya ibuku yang pertama. Alhamdulillah gak sampai hutang, tapinkalau dilihat, hahaha aku mana bisa nabung sampai segitu :"))) nduwe gawe kok setara sama beli satu rumah. Ya wajar aja, yang diundang banyak, acaranya juga seminggu: lamaran - pengajian semarang - pengajian pati - akad nikah pati - resepsi pati - resepsi semarang


Setelah itu semua, alhamdulillah masih ada sisanya. 


Tapi aku, entah nanti dengan siapa, tidak akan mampu untuk melangsungkan acara pernikahan dengan cara yang sama. 


Dulu bisa seperti itu, banyak faktor: bapak belum pensiun, belum ada corona, bapak masih sehat jadi masih bisa disambi usaha... 


Sekarang keadaan berubah, ya namanya anak bungsu, mana selisih umurnya 5 tahun sama kakak. Bapak sudah pensiun, setelah corona bisnisnya susah untuk bangkit lagi, lalu kemudian bapak sakit. 


Dengan gaji karyawan yang meskipun banyak, tapi kok kayaknya underpaid karena gak seimbang dengan pressure kerja seperti ini, lalu tiba tiba ibu gak kerja, bapak sakit, aku juga harus menyisihkan gaji buat ibu bapak--lah, kok lama-lama minus? 

:))


Ini bagaimana ya bunda, buat beli emas saja tidak mampu, apalagi mau membina rumah tangga yang biayanya jelas melebihi gajiku yang tidak seberapa ini? 



Kalaupun aku atur sedemikian rupa dan akhirnya bisa dengan budget yang tidak seberapa, mungkin nanti akan jadi bahan omongan tetangga, membandingkan aku dengan kakakku. (Wow, lihat aku, mengkhawatirkan sesuatu yang belum terjadi) 


Harus siap mental nih, hahaha :) 



(Helaan napas panjang dan berat) 


Yudah, gapapa. 
Masih bisa hidup, punya atap, punya tempat istirahat yang nyaman, masih bisa makan enak, punya teman-teman yang baik, bapak ibu masih ada di sisiku, itu aja sudah cukup. 


Masalah itu pikir belakangan aja deh wkwkwkw 
(Kayaknya lebih mending mikirin nyari calon pasangan hidup dulu gak sih? 🤣)


:))


Kuterima semua yang ada, hidupku itu sudah jaaauh lebih nyaman daripada orang lain, untuk apa bersedih? 

Yah, sedih secukupnya aja, soalnya emang tekanan kerja huahhhhh luarrr biasaaaa hmmm mantap betolll kalo gak sambil nangis, kayaknya bisa gila beneran. Wkwk. Amit amit. 


Hehehe 

Sudah sih itu aja cerita hari ini

Komentar

Postingan populer dari blog ini

I think, I should write again?