Postingan

Jika kamu merasa hidupmu tidak bahagia

Jika kamu merasa tidak bahagia dengan hidupmu, lihatlah bahwa ada seseorang yang merasa bahagia bahwa kamu ada. 

Jadi, mau cerita apa?

*udah lupa* Wkwkwkwkwkwk  Hari hari di tempat kerja feels like a 💩 tapi, yaudah gapapa. I'm okay now. Rasa sebel greget dan kesalnya udah hilang. Hehehehe Anyway, cerita yang lain aja, deh.  Ini random aja sih, tapi tiba tiba kepikiran.  What is your love language?  Mine is, word of affirmation.  Jadi kalo saya udah kelihatan memuji, wah kamunkeren, wah kamu begini wah kamu begitu, kemudian memberikan kata-kata semangat, it's a part of my love.  Dulu pernah ngetes secara online, mungkin hasilnya memang tidak seratus persen akurat, tapi juga lumayan lah, hasilnya sesuai dan bikin mikir: iya juga, ya. Dan dari lima bahasa cinta, yang paling besar adalah words of affirmation. Yang paling sedikit adalah physical touch.  My dad's love language is giving gifts.  My mother's love language is act of service, or, maybe same as me, words of affirmation.  And then I realised... pantesan aku kayak klop banget sama ibuk, soalnya yang bisa recharge diriku, yang bisa menyembuhkan luk

Aku mau cerita, tapi nanti

 Soalnya kalo gak cerita kayaknya bisa jadi gila wkwkwkwkkw aku harus menumpahkan semua emosiku di sini Nanti.  Soalnya sekarang masih kerja

Tapi akhirnya, aku berangkat ke kantor.

 Aneh sekali, kadang, dari rumah moodnya bagus, begitu sampai kantor, hancur semua karena pagi pagi udah ada perkara   Kadang, dari rumah terasa buruuuk sekali, tapi begitu sampai kantor, it's not really that bad.  Aneh. 

Alhamdulillah, lumayan lega.

Harusnya dari kemarin aku memvalidasi diriku sendiri seperti ini ^^;  Wahai diriku sendiri di masa lalu, tumbuh dewasa ternyata semelelahkan ini.  Tapi gapapa! :D  Gak harus kuat, karena aku tahu kamu itu lemah. Kadang aku rindu diriku di masa lalu yang penuh semangat. Ada banyak hal yang membuat senyummu hilang, tapi juga ada banyak alasan yang membuat kamu bangga dengan dirimu sendiri.  Kamu sudah sejauh ini melangkah. Teruslah bertahan.  Terima kasih, diriku sendiri, karena sudah mau mengakui hal-hal yang kamu rasakan dan tidak memendamnya.  Terima kasih, diriku sendiri. Please love yourself more. 

Maaf, lagi lagi aku mengeluh.

Aku tahu kalau menulis adalah salah satu hal yang bisa membuatku tenang, karena aku bisa memvalidasi diriku sendiri.  Aku nggak akan lagi menklak, aku nggak akan lagi denial, aku akan menerima diriku sendiri bahwa aku telah terbebani secara mental.  Aku lelah bekerja. Bukan karena jam kerjanya, tetapi karena tekanan kerjanya.  Tekanan kerja bukan dari atasan, tapi dari klien paling besar di perusahaan. Klien kami orang jepang. Dan asal kalian tahu, bekerja dengan mereka itu benar-benar melelahkan mental.  Dan bentuk tekanan yang aku terima adalah kayak anak kecil yang lagi dimarahin mama atau ibu gurunya, dengan perkataan semacam ini: Kan udah pernah dibilangin, bahkan berkali-kali, masak gak.ngerti sih? Masak saya harus mengulangi bicara hal yang sama setiap kali?  Ya intinya seperti itu, tapi mereka sebenarnya bucara panjang lebar, mengulangi perkataan, dan menekan kami.  Mereka juga meminta alasan kenapa saya bisa melakukan kesalahan seperti itu, berulang.  Padahal kalau bekerja, ad

Singkat aja soalnya lagi di kantor

Sepertinya doaku semoga di mana pun aku berada, aku selalu dikelilingi oleh orang orang baik dan selalu berada di lingkungan yang baik  Doaku ini tidak tiba tiba saja aku berdoa demikian, tapi karena sudah mengalami beberapa hal yang bikin trauma.  Dan untuk semua hal hal baik yang aku dapatkan, walaupun kudapatkan dengan menunggu lama dan penuh kesabaran, tapi doaku terkabul: aku ada di lingkungan yang baik, dengan orang orang yang baik.  Alhamdulillah... **** Tambahan, nulis singkat lagi pas istirahat heheh Tentang hati manusia yang rapuh dan mudah merasa sakit dan sedih, waktu memang bisa menyembuhkan, dan mulai bisa menerima keadaan, berusaha "yaudahlahya";  Tapi, aku tidak permah lupa.  Aku gak pernah lupa siapa yang ngebully fisik aku waktu sd, aku gak pernah lupa siapa "teman" yang melanggar privasiku saat aku smp dan semua teman yang memperolokku mengenai kedekatanku dengan seseorang, aku tidak pernah lupa.  Tapi kalau dipikir pikir juga,  Jangan-jangan, aku