Postingan

It's okay

Gambar
My sister is the best sister I have. (Iya, soalnya cuma satu wkwkwkw) Ada masa kekosongan antara aku dan kakakku, ada masa di mana aku merasa seperti anak tunggal.  Aku jadi sering berandai-andai,  Andai kakakku nggak kena santet, masa masa remaja-dewasa awalku bahagia nggak ya?  Karena itu masa-masa di mana (kalau kakakku nggak sakit), dia jadi orang yang kuandalkan selain orang tuaku. Dia jadi sahabatku. Sahabatku ya kakakku, seharusnya. Tapi nggak bisa, karena dia kena gangguan mistis.  Masa-masa kelam yang sungguh berat, alhamdulillah terlewati.  Sayangnya aku nggak punya banyak memori manis masa remaja akhir, tapi ya gapapa. Karena masalah kakakku, aku jadi tersadar akan banyak hal, jadi belajar banyak hal. Dan jadi lebih mandiri dari sebelumnya, nggak sepenuhnya jadi anak bungsu yang manja. (Walaupun sekarang masih manja sih.. tapi.. ya begitulah)  2018 pengobatan kakakku,  2019 kakakku menikah dan alhamdulillah dia punya anak, anaknya adalah sumber kebahagiaannya, jadi walaupun

Tentang duka dan kesedihan

Waktu bapak jatuh sakit, lalu kemudian dirawat di ruang intensif (HCU) selama kurang lebih dua minggu...  Banyak dari teman-teman bapak dan ibu datang membesuk, menengok bapak.  Ibu dan aku senang, ada banyak orang yang peduli dan memberika dukungan semampunya,  Tapi ada momen ketika... dukungan yang menguatkanku itu, bukan berupa ucapan yang kuat, ya... yang sabar, ya...  (Saya cukup berterima kasih dengan itu, tapi setiap kali saya mendengarnya, saya menangis.)  Dukungan yang paling menguatkanku adalah companion.  I'm here for my mother, and my mother is here with me.  Dan juga getta, temanku yang memgalihkan kesedihanku dengan obrolannya yang ceria. Dengan tingkah lakunya yang seperti biasa, yang tidak memberikan rasa kasihan seperti yang orang lain berikan.  Dan juga ailsa, yang rela menerjemahkan jurnal jurnal ilmiah menjadi hal yang mudah dimengerti oleh orang awam sepertiku. Yang bahkan, dia ini merasa... yang sakit bapakku, tapi yang lebih khawatir malah dia. Yang lebih sen

To my parents

Gambar
  Badai akan datang, tapi tenang, jangan khawatir... kalian bisa melewatinya dengan baik.  Terima kasih sudah saling mencintai, Terima kasih sudah melahirkan kami berdua.  Terima kasih atas semua perjuangan dan kasih sayang yang kalian berikan.  Saya sangat senang dan sangat beruntung memiliki orang tua seperti kalian. 

A little scribble cause im actually at work now

Jadi ceritanya... hari ini iseng ngebales story salah satu teman di IG.  Lalu aku tersadar bagaimana anehnya manusia dan hubungan antar manusia  Ada yang udah lama gak ngobrol, begitu ketemu lagi dan ngobrol, rasanya kayak semua jarak dan waktu yang memisahkan itu nggak pernah ada.  Ada pula yang dulunya dekeeeet banget, begitu ketemu lagi setelah berpisah sekian lama, rasanya kayak orang asing yang belum pernah bertemu sebelumnya.  Aneh tapi nyata. 

Bersyukur

Beberapa hari lalu, ketika kerjaan lagi banyak-banyaknya, ketika masalah dalam pekerjaan terus berdatangan, ketika pikiran sedang overwhelmed dan rasanya kayak hampir meledak...  Semua terasa negatif, rasanya kayak nggak punya harapan.  Tapi, Weekend ini aku pulang ke rumah, ketemu sama ibu dan bapak, ngobrol banyak hal.  My dad, is so soft hearted, and so sincere.  My mom, she's so bright like a sun--and is effortlessly funny. And is like a cure to a heartbroken like me.  Seeing them smile, make me smile.  And thus, what else that i need?  Having them as my parents, I really feel... so blessfull.  Aku terlalu sibuk bekerja, terlalu sibuk melihat dan mendengarkan standar orang lain, terlalu sibuk dengan apa yang tidak aku miliki, sampai lupa bahwa... ada banyak hal yang bisa disyukuri.  Kepada diriku,  Kepada diriku yang suka lalai,  Lain kali jika kamu merasa sedih, atau merasa sangat terbebani dengan dunia ini hingga kamu tidak merasakan nikmat sedikitpun, Tanyakanlah pada dirimu

One little story because suddenly I think of it

Waktu kecil, entah kelas dua atau tiga esde, aku ada PR bahasa Indonesia, disuruh membuat contoh kalimat. Tahu tidak apa yang aku tulis?  Menjadi orang yang pemaaf itu tidak baik.  I know, I know, pasti orang normal akan bingung and you would be like: ???????  Excuse me, kid?????  Termasuk bapakku. Waktu itu bapakku ketawa, beliau heran. Lalu bapak berkata, "Lhooo jadi pemaaf itu baik, kamu itu gimana sih?"  Aku waktu itu pun bingung, salahku apa?  (Hahahahaha dont get me wrong, let me explain this)  Kalian ingat sinetron bajar bajuri? Salah satu tokohnya, terlalu banyak bilang maaf.  "Aduh, maaf, bu, bukannya saya begini, tapi, maaf bu, lalalalalalala." Like, buk, kebanyakan minta maaf sampe yang dengerin jadi kesel.  Jadi dulu, maksudku "pemaaf" itu bukan orang yang mudah mengikhlaskan kesalahan orang lain kepadamu lalu memaafkannya, tapi--orang yang kebanyakan ngomong kata "maaf".  Yaudah sih gitu aja

Nggak apa-apa.

Sebenarnya banyaaaaak banget hal yang terjadi. Sebenarnya, aku juga ingin cerita. Tapi sepertinya memang semua yang ingin kuceritakan, nggak bisa semuanya terlukiskan melalui kata-kata. Aku akan bercerita tanpa konteks, jadi mungkin kamu tidak akan mengerti, karena, sulit untuk diceritakan. Mungkin, hanya wanita yang bisa merasakannya, karena kami ini perasa... Tentang validasi rasa; seberapa pentingkah itu?  Pagi ini, aku dikejutkan dengan air mata teman kerjaku yang aku lihat. Dia nggak permah nangis, selama aku mengenalnya setahun belakangan ini. Aku nangis soalnya aku seneng ada yang peduli tentang apa yang terjadi sama aku dan isna.  Yang seringkali terjadi adalah, apa yang kita rasakan serius, dianggap remeh oleh orang lain. Dan orang lain, kadang tidak merasa kalau yang diucapkannya, itu telah menyakiti pihak lainnya.  I dont know what to say anymore...  Tapi aku ingin menyimpulkan sesuatu dan menyampaikan sesuatu pada diriku sendiri:  Tetaplah jadi baik.  Aku ingin kembali meng