Postingan

I think, I should write again?

Aku pernah baca kalau salah satu terapi anxiety atau kecemasan (salah satu gejalanya adalah overthinking), yaitu menulis.  Benar, karena kamu bisa menguraikan apa kekhawatiranmu, lalu bisa juga memikirkan bagaimana solusinya. Setelah itu, kamu bisa lebih tenang.  Aku nggak bisa tidur. Mungkin, dalam pikiranku aku sadar, sebentar lagi hari senin, hari di mana aku harus masuk kerja. Bahkan sudah ada notifikasi: diharap datang tepat waktu pukul 07.20 karena ada meeting.  Kata "meeting" di sini agak bikin trauma, karena kalau sudah ada pemberitahuan seperti itu, artinya, rapat dihadiri seluruh karyawan, seluruh divisi, dan bapak direktur memimpin rapat tersebut. Lalu, kenapa takut? Karena kalau ada rapat besar seperti itu, biasanya... akan di-pinpoint di mana saja letak kesalahanmu dan kenapa kamu melakukan kesalahan itu.  Harusnya aku tenang, karena sepertinya divisiku tidak melakukan kesalahan yang.. fatal. Tapi gak tahu, tetap saja, ada rasa khawatir.  Lalu, apa lagi?  Aku pad

Ambruk

Hasil dari cuaca yang nggak menentu: siang panas, malan hujan. Kata bapak, ada sedikit stres juga makanya jadi gampang sakit.  Kalau sudah sakit begini, baru kerasa nikmatnya sehat...

Cerita sedikiiit soalnya lagi pengen cerita :D

Semua pertemuan, yang kemudian dijauhkan, ternyata itu adalah bentuk perlindungan dari Allah.  Bertahun-tahun melewati hidup, baru bisa menyadari hal ini sekarang.  Aku mau cerita ini, soalnya...hehe... habis nangis lagi.  Kecewanya masih ada, tapi gapapa! Waktu smp, aku punya teman dekat yang sefrekuensi. Kami sama sama suka membaca dan menulis fiksi. Ada satu momen yang paling aku ingat, di mana saat jam kosong, kami duduk berhadapan, saling bertukar cerita novel yang kami baca, dengan judul berbeda tapi penulis yang sama. Sebuah tetralogi yang kalau dibaca acak, tidak urut pun, pembaca masih bisa menikmatinya. Dialah, Ilana Tan, yang bahkan sampai sekarang masih anonim, tidak diketahui seperti apa penulisnya usianya berapa, apa jenis kelaminnya.  Aku ingat dia pernah menjuarai lomba menulis tingkat jawa tengah, bahkan dia juga menulis novelnya sendiri, walau nggak selesai. Sudah tentu aku kagum! Dan temanku ini sangat pintar dalam pelajaran; juga lebih bisa bersosialiasi, tidak sepe

:>

Orang baik dan tulus ikhlas itu tidak terbatas pada suku apa dia hidup, agama apa yang ia jalani, warna kulit apa yang dia miliki...  Begitu pula dengan orang yang buruk...  Dan kamu tahu, setiap orang memiliki sisi baik dan sisi buruknya masibg-masing.  Tapi, bukan tugas kita untuk memetakan itu lalu kemudian menilainya.  Tugas kita adalah untuk berbuat baik, kepada siapa saja.  Mudah?  Tidak....  Karena sering kali, ketika ada hal yang membuat kita kecewa karena orang lain, kita jadi nggak bisa berbuat baik kepada orang itu juga.  Jadilah orang yang tulus;  Karena jika kita berbuat baik, maka kita juga akan mendapatkan balasan kebaikan pula.  :))))  Untuk diriku,  Jadilah orang yang tulus. 

Hehe

Sepanjang 45 menit perjalanan ke kantor, aku merenung. (Naik mototr mode auto pilot hahaha)  Ada hari-hari di mana aku bisa mengatasi semuanya, aku bisa menghadapi semua dengan kepala dingin dan hati yang tenang.  Namun ada pula hari-hari di mana aku kacau dan tidak bisa mengatasi semua itu dengan tenang.  Itu wajar, apalagi perempuan yang baperan. Apalagi kalau mendekati hari haid.  Tapi gapapa.  Mungkin memang aku kurang melibatkan Allah dalam kehidupanku, jadi aku mudah terbawa emosi.  Untuk diriku sendiri: sesibuk-sibuknya kegiatanmu, jangan lupa dzikrullah. Luruskan niat, lillahita'ala. Maka hatimu akan tenang. Dan jika hati tenang, kamu bisa melewati semuanya dengan baik.  Alhamdulillah,  Semangat, nan!

Mental breakdown

Biasanya, aku akan perlahan membaik kalau aku memvalidasi perasaanku sendiri.  TRIGGER WARNING: POSTINGAN MENGANDUNG KATA-KATA KASAR.  Selama ini mungkin aku terjebak dalam.toxic positivity yang aku ciptakan sendiri.  Kenapa?  Karena kalau lagi capek, aku menekan diriku sendiri: masih banyak orang yang jauh lebih menderita dari aku, aku gini aja kok ngeluh sih? Gini aja kok nangis?  Bodoh, ya.  Padahal nggak ada orang luar yang membanding-bandingkan kamu, nan. Kamu membuat penyakitmu sendiri.  Nggak apa-apa kalau capek. Nggak apa-apa.... sekecil apa pun itu, yang namanya capek, ya capek.  Jadi, kamu kenapa, nan?  Aku sendiri juga ga tahu. Aku cuma capek disepelekan. Klien Jepang nih, makin nggak tahu diri. Kayak setan. Soalnya siswa disuruh berangkat pas hari raya. Kalau siswa berangkat tandanya apa? Ya kita ini kudu kerja, memantau siswa dan laporan ke Jepang. Hari H Loh. Hari haaaaaaa ya Allah tulungggg iki menungso ora nduwe ati. Padahal kita udah pengumuman dari jauh-jauh hari kalo