Waktu drama korea "when life give you tangerines" tayang, aku ngikutin sejak oertama kali penayangan. Setiap minggu berdebar menunggu episode selanjutnya. Di dalam drama itu, ada scene geum myeong nemenin bapaknya di rumah sakit :( Jadi teringat dua tahun lalu, dalam waktu satu bulan, aku bolak-balik kos-rs-rumah-rs-kantor-kos. Dah kayak kitiran. Setelah sembuh dan masa pemulihan, jadi lebih dekat sama bapak. Karena bergantian jaga, jadi menghabiskan waktunya lebih lama di kamar bapak. Di situlah bapak cerita baaaanyak hal, termasuk hal-hal berat yang sudah bapak lalui semasa muda. Bapak anak bungsu, dari 11 bersaudara (yang kemudian tinggal delapan karena tiga saudara yabg lain, meninggal saat masih kecil dan meninggal sebelum punya keturunan). Anak bungsu yang jaraknya jauh dengan kakak-kakaknya. Anak bungsu yang rasanya seperti anak pertama; jadi penopang keluarga dan membereskan berbagai masalah yang ada (yang ditimbulkan oleh kakak dan keponakan-keponakannya...
PEmbahasan masalah apakah kamu seorang introver, atau ekstrover, adalah pembahasan yang lagi sering dibahas sama teman-teman kantor. Kantorku ini kan turnovernya tinggi, jadi staf yang boomer, lebih sedikit daripada staf milenial dan gen z. Bapak-bapak senior ini adalah pemegang jabatan penting dikantor, sedangkan kroco-kroconya ini sebagian besar diisi oleh milenial dan gen z. bahkan, gen z nya lebih banyak daripada milenial. Aku, kelahiran 1997, termasuk gen z. (awal gen z yang merasakan peralihan teknologi analog ke digital), jadi rasanya, seperti berada di tengah-tengah antara orang-orang dewasa matang, dengan dewasa muda. Aku sudh 3 tahun bekerja di kantor itu, suasanya jauh berbeda (ya karena turnovernya tinggi). waktu awal masuk, arsanya kayak jadi staf paling junior yang paling muda, namun dalam jangka waktu tiga tahun saja, tiba-tiba sudah jadi senior yang punya banyak junior generasi z (yang sukanya bikin konten di tiktok, yang energinya tiada habisnya). Wala...
Di dunia ini, ternyata ada banyak sekali orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri, tabpa memikirkan orang lain. Sebetulnya hal itu bisa dimaklumi, karena bagaimanapun, bukankan yang hidup itu diri kita sendiri dan kita yang menentukan bagaimana kita akan berjalan ke depannya? Dan mungkin, aku juga bagian dari orang-orang seperti itu. Tapi terkadang, "memikirkan diri sendiri"nya terlalu besar dan melampaui batas, hingga mereka terlihat "self-centered" atau egois; they think that world revolve around them. Aku berpikir, mengapa demikian? Mungkin, karena cara berpikir, bertindak, berperilaku, bekerja, dan menentukan sesuatu pada masing-masing individu berbeda. Apa yang aku anggap benar, belum tentu benar di mata orang lain. Pun sebaliknya, apa yang orang lain anggap benar, belum tentu menurut seorang pribadi lainnya juga benar. Aku harap, aku bukanlah orang yang merugikan orang lain, atau orang yang menyusahkan orang lain. Tapi, aku bertemu dengan orang-ora...
Komentar
Posting Komentar