Untitled

Beberapa waktu lalu, aku nonton konten.park sungjin, wawancara saat dia rilis album baru. Dan di kalangan fans, semua tahu kalau dia nih pernah struggle masalah mental health, bahkan, dia tipe orang yang gak mau minum obat kalo gak parah banget, dan gak mau ke rumah sakit kalo gak parah banget, tapi... dia rajin kontrol dan minum obat demi kesehatan mentalnya, demi bisa sembuh. 

Penyakitnya apa, nggak diekspos ke media. Jelas, itu privasi. Tapi dia keren, karena dia sendori punya pemikiran: yang bisa menyembuhkan dirinya, adalah dia sendiri. Dia harus menarik dirinya sendiri dari keterpurukan, dan harus yakin kalau dia bisa sembuh. Terdengar mudah, tapi buat orang yang sudah kena mental, itu susah banget. 



Do I have mental issue, too? 


Enggak tahu, karena aku nggak pernah periksa dan nggak pernah berobat. Tapi kalau membaca ciri-cirinya.... mungkin? Tapi ya gak tahu juga, kan gak boleh self diagnose. 


Tapi, aku beruntung. 

Belakangan ini aku baru sadar kalau journaling, atau menulis, itu bisa salah satu bentuk terapi. Menulis membantuku memvalidasi apa yang aku rasakan, apa yang akj inginkan, tapi ada hambatan, dan apa yang seharusnya aku lakukan. 



Dari wawancara yang aku tonton, ada banyak hal yang relate. 


Park sungjin, dia juga mencoba mengeksplor, orang seperti apa dirinya. Dia ingin mengenal dirinya sendiri. Kadang, ada beberapa hal yang dia lakukan, yang sebenarnya dia tahu itu sangat bukan dirinya. Mau dia jadi A, jadi B, jadi C, apa pun sikap dan tindakannya, selalu ada hal yang mengikuti, baik itu positif, maupun negatif. 


Bedanya.... ketika park sungjin mencoba jadi sosok seseorang yang baru, yang berbeda dengan dirinya (yang ini secara eksplisit dia sebutkan: tadinya dia introver, tapi dia berusaha untuk jadi ekstrover), dia mendapatkan sambutan baik atas sikapnya. Respon orang di sekeliling positif. Maka dari itu, dia bisa bertumbuh dengan sifat yang seperti itu; dan didukung dengan posisi dia di tim sebagai leader. Sedangkan aku, aku sangat iri dengan orang yang ceria, yang ramah, bisa kenal banyak orang--aku berusaha keras untuk itu, tapi, lama-lama aku capek sendiri, dan ternyata, respon dari orang sekitar, nggak sebaik itu. Malah ada yang secara jujur berkata kalau dia sakit hati karena ucapanku. Aku saaaangat merasa bersalah, dan aku minta maaf. Rasa bersalah itu terus ada, aku terus belajar, dan berusaha buat nggak menyakiti orang lain, entah dalam perkataan, maupun perbuatan. 



Aku berusaha untuk tidak menjadi orang yang seperti itu lagi. 
 


Be yourself; be kind to others; 


Di dunia orang dewasa ini, sangat sulit untuk menjadi orang baik; entah karena luka masa lalu, atau karena terlalu sibuk survive,

but at least, let's try to be.... 

Komentar